02/07/12

Ekonomi dan Opini Publik


Kita sukar menemukan isu di dalam masyarakat yang bebas dari pengaruh faktor-faktor ekonomi. Opini dapat dibeli dan dijual, seperti halnya sepatu, beras, atau kapal. Suara pemilih dapat bernilai politik dan sekaligus bernilai ekonomi. Opini perseorangan lebih sering dipengaruhi dan ditentukan secara langsung atau tidak langsung oleh faktor ekonomi.



Hubungan antara Faktor Ekonomi dan Opini
Faktor-faktor ekonomi biasanya berkaitan dengan kemampuan memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa. Kemampuan ekonomi memengaruhi semua proses sosial, terutama yang terkait dengan pemerolehan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia.

Faktor ekonomi memengaruhi opini dan perilaku. Demikian pula faktor psikologis dan faktor kelembagaan sosial, hiburan, pendidikan, dan ideologi. Suatu kegiatan mungkin dapat terkait dengan faktor ekonomi dan sekaligus terkait faktor lainnya. Misalnya, kegiatan-kegiatan pemutaran film di bioskop menghasilkan keuntungan (ekonomi). Akan tetapi, kegiatan tersebut juga memberikan hiburan bagi seseorang atau kelompok yang pergi ke bioskop. Film bioskop merupakan sumber ekonomi bagi para artis, produser film, para manajer, pelayan yang pekerjaannya bergantung pada film. Kegiatan pendidikan yang memperoleh gelar di perguruan tinggi dapat merupakan kegiatan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Tetapi, kegiatan tersebut nantinya juga menghasilkan kekuasaan politik dan keuangan.

Calvin Coolidge (1830-an), mengatakan urusan Amerika adalah urusan bisnis.  Toequeville menyatakan hasrat untuk memperoleh barang-barang yang baik dari dunia ini merupakan nafsu yang menguasai orang Amerika. Yang lain menekankan hubungan antara kekuasaan ekonomi dan kekuasaan politik. Hubungan antara kekuasaan ekonomi dan politik di Amerika telah ditinjau oleh Alpheus T. Mason, bapak pembangunan pertama yang telah mewarisi buku James Harrington. Oceana (1656) menyatakan kekuasaan senantiasa mengiringi kekayaan. "Saya percaya hal ini," kata John Adam. Siapa saja yang memiliki kekuatan ekonomi akan memiliki kekuatan politik. Organisasi ekonomi dalam masyarakat mampu menjamin kehidupan politik pemerintah yang berkuasa, melalui perantara keluarga atau lembaga sosial lainnya.


Prestasi Ekonomi Orde Baru
Pada era Orde Baru, pembangunan ekonomi tumbuh dengan pesat dan merupakan target penguasa pada waktu itu. Memang diakui pembangunan ekonomi dapat dirasakan oleh rakyat banyak. Hasil kegiatan pembangunan ini dapat diterima oleh masyarakat. Prestasi ekonomi tersebut mampu melanggengkan penguasa pemerintahan. Tetapi, prestasi ekonomi tersebut lama-kelamaan diikuti dengan semakin keroposnya moral bangsa. Buktinya, “korupsi” bukan lagi perbuatan yang memalukan.

Teoritis kontrak-sosial, Hobbes, Locke, Rousseau, adalah orang yang pertama melebih-lebihkan ketergantungan politik pada ekonomi. Demikian halnya kaum Marxis setelah tahun 1930, Charles A. Beard dan Harold Laski menyatakan adanya ketergantungan politik pada ekonomi. Akan tetapi mereka belum bersedia membenarkan batas-batas teori yang membuat sifat ingin memperoleh kekayaan menjadi pendorong utama produksi maupun pemerintahan.

Mulai dari Marchiavelli sampai Harold Lasswell, masa yang cukup panjang bagi masyarakat Barat tanpa memahami hubungan antara ekonomi dan politik. Banyak pemikir politik di setiap zaman yang menolak pandangan sederhana yang diberikan oleh Adam Smith dan Karl Marx. Tetapi, catatlah kecenderungan politik dan ekonomi - yaitu ekonomi politik - dari periode timbul, berkembangnya, dan menuanya kapitalisme. Kecenderungan yang dimaksud melupakan fakta yang dasar, yang dilihat oleh Machiavelli dengan jelas dan Lasswell melihatnya kembali dengan jelas pula, bahwa politik adalah perjuangan untuk memeroleh kekayaan dan bentuk lain kekuasaan. Menurut Machiavelli, bila manusia tidak lagi wajib berjuang karena terpaksa, mereka berjuang karena ambisi dan nafsu untuk berkuasa. Manusia memang diciptakan untuk menghendaki segala-galanya, tidak pernah merasa puas dengan apa yang mereka miliki, tetapi tidak selalu dapat mencapainya.


Kehormatan dan Harta-Benda
Kehormatan dan harta benda sama-sama penting. Seperti para pengusaha Amerika abad ke-19, Marx sulit memilih di antara keduanya. Secara sadar mereka lebih banyak menyukai kehormatan daripada harta-benda. Manusia setiap hari memberikan harta-bendanya untuk bantuan kemanusiaan dan berbagai macam tujuan non-ekonomis. Akan tetapi, orang kadang-kadang mencari kekayaan untuk mendapatkan tujuan non-fisik. Seperti dikemukakan oleh Hagen, unsur psikologis dan sosial lebih penting daripada pertumbuhan ekonomi. Bahkan masyarakat yang perekonomiannya paling marginal/kecil dan primitif sekalipun, sebagian kekayaan mereka digunakan untuk tujuan keagamaan yang non-produktif.

Machiavelli berpandangan para penguasa Renaissance Italia mempunyai hasrat mencari kekayaan yang sama besarnya dengan mencari kekuasaan. Dari pengamatan ini lahir generalisasinya bahwa "seseorang akan merasa lebih ringan kehilangan orang tuanya daripada kehilangan harta benda warisannya." Marx membina teori yang dengan tegas menyatakan, kaum kapitalis sebagai perseorangan maupun sebagai kelas didorong semata-mata oleh pertimbangan ekonomi.

Bila opini publik mulai muncul, dan bila hal tersebut menjadi penting dalam menentukan kebijakan, maka paling tidak terdapat pengetahuan yang terbatas mengenai distribusi opini berdasarkan tingkat sosial, pekerjaan, dan pendapatan.

Kebudayaan politik Amerika menghargai kerja keras, hemat, mengagungkan milik pribadi dan kecurigaan terhadap perusahaan pemerintah. Hak perseorangan dilindungi untuk mendapatkan apa yang telah diusahakannya atau sekadar memiliki dan menikmati keuntungan dari apa yang mereka miliki. Tidak menjadi soal apakah mereka telah berusaha untuk itu atau tidak. Kekuatan dan keluasaan pandangan yang demikian berarti pemilik kekayaan pribadi diberi kedudukan politik yang lebih tinggi di Amerika, terlepas dari apakah hak milik tersebut kepunyaan perseorangan ataupun badan hukum.

Iklan dianggap sangat baik bagi masyarakat dan alat ini merupakan alat yang setia dari perusahaan Amerika. Greyser dan Bauer menyimpulkan selama studi mereka 10 tahun (1946-1964) secara kasar bahwa tiga perempat masyarakat Amerika memandang iklan sebagai sarana ekonomi yang sangat penting yang memberikan sumbangan ekonomi tertentu, khususnya dalam bentuk standar hidup yang membaik.


Status Ekonomi dan Opini
Apakah faktor-faktor ekonomi dan kelas ekonomi berkaitan dengan kepercayaan mengenai demokrasi? Ada teori yang mengatakan bahwa orang-orang yang sangat kaya dan yang sangat miskin kurang tertarik pada pandangan-pandangan demokrasi dibandingkan dengan mereka yang berpenghasilan menengah. Teori-teori tersebut mengandalkan kriteria stratifikasi kelas yang lebih rumit, bukannya sekadar pada pendapatan ekonomis semata. Tetapi dimensi ekonomi pada kelas sosial tidak dapat dipungkiri bersifat dasar, tidak peduli dimensi itu apakah dikualifikasikan oleh variabel-variabel sosial dan psikologi lainnya.

Faktor-faktor ekonomi saja kelihatannya hanya mempunyai pengaruh yang kecil atas opini dan perilaku anti-demokrasi atau pro-demokrasi. Mereka yang sangat miskin mungkin karena kemiskinannya terpaksa mencurahkan perhatiannya ke kegiatan ekonomi dan menyampingkan demokrasi. Lipset menyadari bahwa gerakan yang ekstrem dan tidak toleran dalam masyrakat modern kemungkinan hanya dilakukan oleh kelas rendah daripada oleh kelas menengah dan atas. Analisis Grah membenarkan pandangan ketidak-toleran sebagai komponen sentral ototarisme, lebih tinggi di kalangan kelas pekerja daripada di kalangan white-collar/penjualan, manajer, atau orang-orang Amerika yang profesional.

Faktor ekonomi seseorang berkaitan dengan keaktifan dan ketidakaktifan orang tersebut di bidang politik. Faktor ekonomi merupakan variabel yang penting, sekalipun perannya berada di antara variabel-variabel non-ekonomis, seperti pendidikan dan keanggotaan kelompok. Eulau dan Schneider mendapatkan bukti bahwa pendapatan dan faktor ekonomi lain tidak begitu penting dibandingkan dengan pendidikan pada studi keterlibatan politik. Devine setelah menemukan variabel demografis yang berkaitan dengan tingkat perhatian (ukuran yang memerhatikan pengetahuan tertentu) setuju bahwa faktor yang paling penting terhadap keaktifan seseorang di bidang politik adalah pendidikan, kemudian pendapatan, selanjutnya pekerjaan, jenis kelamin, ras, dan umur.

Faktor-faktor psikologi berkaitan dengan citra-diri, pandangan terhadap dunia, dan keberhasilan atau kegagalan dalam proses penyesuaian kepribadian dan lingkungan. Pengaruh faktor ekonomi atas opini kemungkinan dipengaruhi juga oleh faktor psikologis. Sekilas terdapat faktor psikologis yang ditemukan Lane (1954) dalam studinya mengenai pengusaha dan pekerja. Dahl mengihtisarkan contoh bagaimana kekuatan-kekuatan psikologis lebih dominan daripada faktor-faktor ekonomi terhadap opini tentang persoalan politik tertentu.

Studi mengenai opini terhadap anggota dan bukan anggota serikat pekerja menunjukkan dampak keanggotaan kelompok pada pengubahan pandangan yang dianggap mempunyai sumber ekonomi yang penting. Mengapa faktor ekonomi tidak sejalan dengan opini politik? Kenyataannya partai politik di Amerika Serikat bukanlah partai ideologi yang didasarkan pada kelas ekonomi, sejarah partai, struktur pemerintahan, dan masyarakat. Bahkan perseorangan di AS mengutamakan opini publik yang merupakan aspirasi kelompoknya daripada faktor ekonomi. Dalam beberapa hal ekonomi memberikan tekanan pada politik, sementara opini politik ditentukan oleh pendapatan seseorang. Tetapi, dalam kebanyakan hal yang menyangkut persoalan umum, hubungan antara ekonomi dan politik sangat sulit dicermati dan banyak terjalin dengan faktor sosial dan psikologis lainnya.***

5 komentar:

  1. maaf mau confirmasi, tulisan ini sama persis dgn modul dosen ilmu komunikasi saya di Mercu Buana Meruya... apakah ini tulisan anda atau beliau ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf kak, mau nanya. ini materinya bersumber dari mana ya? Judul buku, penerbit, sama tahun terbitnya?

      Hapus
  2. Hi Dewi, ini memang bukan tulisan aku, cuma pindahin modul-modul aja..

    BalasHapus
  3. oh okeh deh. just saran aja, sebaiknya masukan sumbernya ...have a nice day :)

    BalasHapus
  4. mau nanya dong, ini sumber bukunya siapa ya ??

    BalasHapus

Definisi Public Relations

Public relations (PR) yang diterjemahkan bebas menjadi hubungan masyarakat (Humas), terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara...