08/02/17

Penyebab Krisis

Mengenali jenis atau tipe krisis sangat penting. Dengan memahami jenisnya, praktisi humas atau public relations (PR) dapat menentukan langkah-langah yang perlu dilakukan oleh suatu lembaga sehubunfan dengan krisis yang sedang dihadapi. 

Berikut ini adalah beberapa tipe krisis berdasarkan dimensinya yang dikemukakan para pakar (Putra, 1999:90-94):
  • Sturges dkk. Dimensi violent-non violent dan dimensi sengaja-tak sengaja.
  • Shrivastava & Mitroff. Dimensi kerusakan yang dihasilkan (berat/ringan) dan dimensi penyebab krisis dari segi teknis dan sosial.
  • Marcus & Goodman. Dimensi tingkat kemungkinan ditolak dan berdasarkan keadaan korban krisis.
  • C.G. Linke. Dimensi waktu kemunculan sebuah krisis.

Berdasarkan penyebabnya, Shrivastava & Mitroff membagi krisis menjadi empat kategori:
  • Penyebab teknis dan ekonomis 
  • Penyebab manusiawi, organisatoris dan sosial. 
Berdasarkan tempat terjadinya, krisis bisa terjadi di dalam atau di luar organisasi. 


TIPOLOGI KRISIS


Dengan demikian, penyebab krisis menurut mereka dapat dikategorikan menjadi:
  • Karena kesalahan manusia (human error)
  • Karena kegagalan teknologi
  • Karena alasan sosial (kerusuhan, perang, sabotase, teroris)
  • Karena berkaitan dengan bencana alam
  • Karena ketidakbecusan manajemen

Sebuah krisis mungkin disebabkan hanya satu faktor, tetapi sangat sering terjadi krisis akibat kombinasi faktor-faktor di atas. Contohnya adalah kasus kecelakaan Bhopal di bulan Desember 1984. 40 ton gas beracun methyl isocyanate bocor dari tank penyimpan bawah tanah pada pabrik pestisida Union Carbide dan menewaskan 3000 orang serta ratusan ribu orang terkena radiasinya. Di sini, ada faktor kesalahan manusia karena membiarkan masuknya air ke dalam tank yang menyebabkan peledakan. Namun juga ada kegagalan teknologi akibat rancangan pabrik tersebut tidak memperhitungkan kemungkinan human error yang terjadi serta tidak berfungsinya mekanisme penyelamat. Faktor dominan penyebab ledakan tersebut adalah masalah manajerial berupa kurangnya prosedur penyelamatan serta kurangnya latihan operator. Secara sosial pun proyek ini kurang layak karena pemerintah India mengijinkan pabrik ini beroperasi di kawasan perkampungan yang padat.


Rosady Ruslan (1999:99-100) memberikan contoh berbagai situasi yang berpotensi menjadi krisis sebagai berikut:
  1. Masalah pemogokan atau perselisihan perburuhan.
  2. Produk kedapatan tercemar/terkontaminasi menjadi racun yang membahayakan masyarakat sebagai konsumennya.
  3. Desas-desus atau rumor dan meluasnya berita yang bersifat negatif atau terciptanya opini publik yang kurang menguntungkan.
  4. Masalah pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup dan alam yang disebabkan ulah manusia, serta kecelakaan industri.
  5. Kredit macet, issue kalah kliring, likuidasi dan deposito akan dikonversikan menjadi obligasi di bank-bank pemerintah atau swasta yang pada akhirnya dapat terjadi rush sehingga menurun-kan kepercayaan dan citra perbankan nasional, krisis moneter serta berakibat resesi ekonomi.
  6. Kecelakaan industri atau jatuhnya sebuah pesawat yang mengakibatkann kerugian harta benda dan korban jiwa, serta menimbulkan peristiwa traumatik atas jasa perusahaan penerbangan bersangkutan.
  7. Perubahan peraturan perundangan-undangan atau kebijakan pemerintah yang menyebabkan pihak perusahaan mengalami kerugian atau kebangkrutan bisnis.
  8. Peristiwa menakutkan yang diakibatkan oleh serangan teroris, masalah sara, krisis moneter, sosial dan politik, sehingga menimbulkan kasus penjarahan, pembakaran, dan sebagainya yang berkait dengan masalah sensitif atau timbulnya kasus-kasus sangat peka lainnya di masyarakat.
  9. Kegagalan dari suatu kampanye, promosi periklanan atau publikasi menimbulkan dampak negatif; seperti adanya unsur penipuan, pelecehan dan penghinaan sehingga terjadi protes atau kecaman dari masyarakat luas.

Maria Wongsonagoro (1995:1) menjabarkan beberapa sebab terjadinya krisis yang beberapa di antaranya sudah disebutkan di atas:
  1. Krisis persepsi masyarakat, yakni negatifnya opini publik terhadap perusahaan.
  2. Krisis akibat pergeseran pasar yang terjadi dengan tiba-tiba dan perusahaan dapat kehilangan pangsa.
  3. Krisis yang menyangkut produk, entah itu akibat salah satu produksi atau produk terkena issue sehingga citranya jatuh, dan sebagainya.
  4. Krisis yang diakibatkan oleh pergeseran pimpinan.
  5. Krisis yang ditimbulkan oleh masalah keuangan.
  6. Krisis yang menyangkut hubungan industri, apakah itu urusan tenaga kerja, keselamatan kerja, lingkungan dan sebagainya.
  7. Krisis yang diakibatkan pengambilalihan perusahaan oleh perusahaan lain dalam suasana permusuhan atau hostile takeover.
  8. Krisis yang diakibatkan oleh peristiwa-peristiwa internasional yang berdampak negatif terhadap perusahaan.
  9. Krisis yang disebabkan oleh peraturan-peraturan baru yang digariskan oleh pemerintah atau deregulasi.
Bila perusahaan kita bergerak dalam bidang manufaktur (terutama jika ada produk-produk yang berhubungan dengan lingkungan dan medis), transportasi, produk makanan, penginapan dan konstruksi, resiko mengalami krisis sangat tinggi. Karena itu, bagi mereka yang bekerja pada perusahaan-perusahaan di atas harus mempersiapkan diri terhadap kemungkinan terjadinya krisis.




07/02/17

Peran Manajemen Kehumasan 3

Ruang lingkup aktivitas PR dalam suatu perusahaan atau organisasi, meliputi hal-hal berikut ini: 
  • Membina hubungan dengan publik internal. Publik internal adalah publik yang menjadi bagian dari unit suatu perusahaan atau organisasi. Seorang praktisi PR harus mampu mengidentifikasi atau mengenali hal-hal yang menimbulkan gambaran negatif dalam masyarakat sebelum kebijakan itu dijalankan oleh organisasi. 
  • Membina hubungan dengan publik eksternal. Publik eksternal adalah publik umum (masyarakat), praktisi PR mengupayakan tumbuhnya sikap dan gambaran publik yang positif terhadap lembaga yang diwakilinya. Peran PR bersifat dua arah yaitu berorientasi ke dalam dan keluar. 

Peran yang dilakukan PR tersebut dengan tujuan sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut : 

Membangun identitas perusahaan (building corporate identity) dan citra perusahaan (corporate image)
  • Menciptakan identitas dan citra perusahaan  yang positif. 
  • Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai pihak
Menghadapi krisis (facing of crisis) 
  • Menangani keluhan (complaint) dan menghadapi krisis yang terjadi dengan membentuk manajemen krisis dan pemulihan citra PR yang bertugas memperbaiki penurunan citra dan kerusakan yang ditimbulkannya 
Mempromosikan aspek kemasyarakatan (promotion public cause) 
  • Mempromosikan kepentingan publik 
  • Mendukung kegiatan kampanye sosial 

PR sebagai alat manajemen organisasi secara struktural yang merupakan bagian integral dari suatu lembaga artinya PR bukanlah merupakan fungsi terpisah dari fungsi kelembagaan tersebut melainkan bersifat melekat pada manajemen perusahaan. Hal tersebut menjadikan hubungan masyarakat atau PR adalah pihak yang menyelenggarakan komunikasi dua arah timbal balik antara lembaga yang diwakilinya dengan publiknya. Peranan yang dimaksud turut menentukan sukses atau tidaknya visi, misi dan tujuan bersama dari lembaga tersebut. 

Scott M. Cutlip and Allen H. Centre (1982) dalam bukunya "Effective Public Relations", mengungkapkan bahwa: “PR adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara organisasi demi kepentingan publiknya, serta merencanakan suatu program kegiatan dan komunikasi untuk memperoleh pengertian dan dukungan publiknya. 

Fungsi staf humas adalah mewakili publik pada manajemen dan manajemen publik sehingga tercipta arus komunikasi dua arah, baik bagi informasi maupun perilaku, secara otomatis, fungsi humas termasuk fungsi manajemen dalam rangka mencapai tujuan utama lembaga tersebut. 

Peran manajer PR dalam suatu lembaga meliputi sebagai berikut: 

  1. Komunikator, sebagai komunikator manajer PR harus memiliki kemampuan teknik komunikasi baik secara lisan maupun tulisan, memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. 
  2. Menjalin hubungan (relationship), manajer PR harus mampu membangun hubungan relasi yang cukup luas, dan dapat membina hubungan diantara relasi yang bersifat positif dengan lembaga yang diwakilinya. Berupaya menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan, kerjasama dan toleransi antara kedua belah pihak. 
  3. Tulang punggung manajemen, dalam perannya manajer PR menunjang kegiatan lain, seperti manajemen promosi, pemasaran, operasional, personalia dan produksi dalam mencapai tujuan bersama berdasarkan tujuan pokok organisasi/perusahaan. 
  4. Menciptakan citra yang baik (good image maker), manajer PR bertugas membangun, melalui publikasi yang positif, capaian prestasi, reputasi dan sekaligus menjadi tujuan utama bagi aktivitas public relations dalam melaksanakan manajemen kehumasan membangun citra atau nama baik lembaga / organisasi dan produk yang diwakilinya. 


Seperti dikemukakan pendapat dari Ivy Lee peran public relations dalam mengatasi permasalahan dalam perusahaan, bahkan public relations harus diberikan keleluasaan dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam manajemen perusahaan adalah sebagai berikut: 

  1. PR dapat membentuk manajemen untuk mengatur arus informasi/berita secara terbuka,  (a) Diberikan kebebasan untuk dapat bekerjasama dengan media massa (b) Public  relations dapat diposisikan sebagai orang yang dekat dengan top management. 
  2. Memiliki kewenangan secara penuh dalam melaksanakan peran dan fungsi sebagai pejabat humas dalam pengelolaan manajemen humas. 
  3. Humas harus lebih bersifat terbuka dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan perusahaan kepada publiknya. 

Menurut Rhenald Kasali (1994) bahwa fungsi PR dalam manajemen adalah “fungsi manajemen yang bertujuan menciptakan dan mengembangkan persepsi terbaik bagi suatu lembaga, organisasi, perusahaan atau produknya terhadap segmen masyarakat, yang kegiatannya langsung ataupun tidak langsung mempunyai dampak bagi masa depan organisasi, lembaga, perusahaan dan produknya. 


PR dapat berperan dalam melakukan komunikasi timbal balik (two ways communication) dengan tujuan menciptakan saling pengertian (mutual understanding), saling menghargai (mutual appreciation), saling mempercayai (mutual confidence), menciptakan goodwill, memperoleh dukungan publik (public support) demi tercapainya citra yang positif bagi suatu lembaga / perusahaan (corporate image). 



Menurut Cutlip et.al, (2000; 85) fungsi public relations dalam manajemen secara operasional teknis adalah: 

1. PR berfungsi melaksanakan 
  1. Penelitian (research). Tahap penelitian dalam public relations, baik dalam memperoleh data primer dan sekunder, maupun penelitian bersifat opinion research, secara kualitatif dan kuantitatif. Kegiatan seperti ini bersifat motivation research, yaitu penelitian yang tertuju pada jiwa manusia yang berkaitan dengan kebutuhan dan keinginan yang paling mendasar 
  2. Perencanaan (planning). Penyusunan suatu program acara (event) atau agenda setting dan program kerja humas. Penyusunan tersebut berdasarkan data dan fakta dilapangan, kebijakan, prosedur, tema dan kemampuan dana serta dukungan dari pihak terkait. 
  3. Pengkoordinasian (coordinating). Maksudnya adalah mengkoordinir salah satu tim kerja dengan menentukan kerjasama dan keterlibatan dari instansi atau personil lainnya kedalam satu koordinasi tim yang solid sebagai upaya pencapaian tujuan lembaga organisasi. 
  4. Administrasi (administration). Menyangkut masalah administrasi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dokumentasi, sistem pengarsipan dan pencatatan keluar masuknya uang dan sekaligus merupakan suatu bukti tertulis / tercatat dalam sistem administrasi yang baik. 
  5. Produksi (production). Merupakan bentuk produk publikasi dan promosi yang dikelola oleh humas, dalam upaya mendukung perluasan / pemasaran produk atau nama dan pengaruh pada sebuah organisasi dan lain sebagainya. Merencanakan media plan, publication, publicity, audiovisual, special events dan regular events untuk tujuan berkampanye. 
  6. Partisipasi komunitas (community participation). Maksudnya adalah partisipasi humas dalam melakukan suatu komunikasi timbal-balik dengan komunitas masyarakat / publik lingkungan tertentu untuk mencapai saling pengertian dan citra positif terhadap lembaga yang diwakilinya. Misalnya kegiatan peduli bidang social marketing dan social core (kepedulian public relations terhadap aspek kepentingan sosial).
  7. Nasihat (advisor). Memberikan sumbang saran kepada manajemen dan pimpinan perusahaan berkenaan dengan kebijakan organisasi tentang penyesuaian berdasarkan kepentingan publik eksternal / internal, maupun berdasarkan hasil pengidentifikasian keinginan dan reaksi opini publik terhadap tujuan perusahaan. 



2. Aktivitas PR

  1. Pencarian fakta/permasalahan (fact finding) 
  2. Perencanaan (planning)
  3. Komunikasi (communication) 
  4. Evaluasi (evaluating) 


3. PR adalah "the right man in the right place, the right man behind the gun"


  • Efektivitas, berhasil untuk mencapai tujuan, seraya untuk memuaskan semua pihak yang terkait. 
  • Efisiensi, ketepatan mengelola keuangan atau dana secara tepat. 

Peran Manajemen Kehumasan 2


Peran Manajemen PR menurut Edward L. Bernay:
  1. Memberikan penerangan kepada masyarakat.
  2. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung.
  3. Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan/lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya. 

Cutlip dan Center merumuskan fungsi PR sebagai berikut:
  1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi melekat pada manajemen lembaga/organisasi).
  2. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran.
  3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya atau sebaliknya.
  4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama.
  5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak. 

Dozier dan Broom, merumuskan peran PR dalam empat kategori: 
  • Penasihat ahli (expert prescriber), seorang praktisi pakar PR yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya. Hubungan praktisi pakar PR dengan manajemen organisasi seperti hubungan antara dokter dan pasiennya, artinya pihak manajemen bertindak pasif untuk menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan atau usulan dari pakar PR tersebut dalam memecahkan dan mengatasi persoalan kehumasan yang tengah dihadapi oleh organisasi bersangkutan. 
  • Fasilitator komunikasi (communication fasilitator), praktisi PR bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Dipihak lain, dia juga dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak. 
  • Fasilitator proses pemecahan masalah (problem solving process fasilitator). Peran praktisi PR dalam proses pemecahan persoalan PR ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional. Biasanya dalam menghadapi suatu krisis yang terjadi, maka dibentuk suatu tim posko yang dikoordinir praktisi ahli public relations dengan melibatkan berbagai departemen dan keahlian dalam satu tim khusus untuk membantu organisasi, perusahaan dan produk yang tengah menghadapi atau mengatasi persoalan krisis tertentu. 
  • Teknisi komunikasi (communication technician). Peran pakar PR  sebagai journalist in resident, dengan kata lain jurnalis yang ada di dalam organisasi/perusahaan, yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi. Sistem komunikasi dalam organisasi/perusahaan tergantung dari masing-masing bagian atau tingkatan, yaitu secara teknis komunikasi, baik arus maupun media komunikasi yang dipergunakan dari tingkat pimpinan dengan bawahan akan berbeda dari bawahan ketingkat atasan. Hal yang serupa juga berlaku pada arus dan media komunikasi antara satu level, misalnya komunikasi antar karyawan satu departemen dengan lainnya, menjalankan fungi employer relations.

I Gusti Ngurah Putra dalam majalah Journal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia “Komunikasi dan Budaya” (1997:126-127), menyederhanakan dua peranan atau fungsi praktisi PR, yakni manajerial dan teknis komunikasi. 

Kedua hal ini harus dikuasai sekaligus oleh praktisi PR dalam melaksanakan fungsinya pada aktivitas dan operasional manajemen organisasi. 

Peran PR dalam manajemen suatu organisasi/perusahaan tampak pada beberapa aktivitas pokok humas yang meliputi: 
  • Mengevaluasi sikap atau opini publik
  • Mengidentifikasi kebijakan dan prosedur organisasi/perusahaan dengan kepentingan publik 
  • Merencanakan dan melaksanakan penggiatan aktivitas public relations/humas. 


Daftar Pustaka
Edward L. Bernay (Public Relations, 1952, University of Oklahoma Press) 
Dozier & Broom, (1995). 

Definisi Public Relations

Public relations (PR) yang diterjemahkan bebas menjadi hubungan masyarakat (Humas), terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara...